Teman Baru
Aku pengen cerita. Pernah punya temen baru? Pernah dong. Aku juga punya. Tepatnya waktu SD. Entah kelas berapa, seingetku kelas 5. Dia duduk sebangku sama aku. Perawakannya putih, pendek, gendut, rambut tebel jeprak-jeprak. Anak keturunan Cina. Gendutnya itu gak gendut yang menjijikkan. Gendutnya itu gendut yang bersih (?). Namanya sebenernya Yosia. Tapi aku sering manggil dia Panda. Kadang suka ditambahin gila. Jadinya Panda Gila. Iya, dia itu mirip banget sama anak Panda. Jadi emes.
Kenapa aku panggil dia Panda?
Begini ceritanya...
Suatu hari, kelas kita mengadakan acara nonton film bersama di perpustakaan. Nah, kita nonton Kungfu Panda. Entahlah KP yang ke berapa. Ada satu adegan di mana si, si, siapa namanya? Pou? Pho? Po? Gak tahu, pokoknya Panda yang pemeran utama. Si Panda itu ngangkat satu kakinya terus wajahnya itu absurd banget, kayak orang gila. Wkwkwkwk. Pas adegan itu, si Yosia ngikutin gayanya si Panda.
Jadi begitulah asal-usul kenapa aku memberi nama Panda Gila. Karena dia memang gila.
Jadi begitulah asal-usul kenapa aku memberi nama Panda Gila. Karena dia memang gila.
Si Panda Gila ini juga kasih nama panggilan ke aku. Biasalah ya, namanya juga masih SD. Julukannya kadang suka nyelekit. Dia kasih nama Ciplek. Tahu artinya? Cilik, Pendek, Elek. Padahal kan dia juga cilik, dia juga pendek, dia juga gak bisa dibilang ganteng. Kalo ketemu gitu suka nyapa, "Eh ciplek,"
Kita sebangku selama... selama... selama berapa bulan yak? Nggak tahu deh. Aku lupa.
Banyak kejadian-kejadian absurd yang kita lalui.
Banyak kejadian-kejadian absurd yang kita lalui.
Misalnya yang satu ini.
Aku dan Panda ini duduk sebangku di belakang. Kita bikin rumah-rumahan. Guru lagi jelasin materi, kita malah mainan. Tiap tepi meja kita beri kertas yang udah dibentuk kayak meja panjang. Buku paket, kita buat berdiri untuk nutupin wajah kita yang absurd pas main rumah-rumahan. Kita buat ruang makan, ruang tamu, ada yang jadi orang, ada yang jadi tamu. Ya, begitulah kita. Absurd af. Maklum jiwa anak SD mah suka ngawur.
Ada lagi yang lain. Kita kan disuruh bikin boneka dari kain perca. Aku bikin, cuma kelihatan aneh banget. Satu bentuk yang kuinget, lumba-lumba kecil warna ijo dari kain usang, dan kapas hasil ngambil diem-diem. Jujur, itu aku bikin sendiri, aku jahit sendiri. Dan aku gak dapet apresiasi dari siapapun. Kecuali si Panda. Iya, dia satu-satunya orang yang main dengan bahagianya sama lumba-lumba absurd itu.
Oh iya, hasil karya si Panda itu kayak boneka Cina gitu. Dapet pujian dari guru. Padahal kan itu bukan terbuat dari kain perca. Sedang aku, diterima guru aja, nggak. Eh pas total semua nilai, diminta lagi. Apa nggak ngeselin? Ya aku jawab aja udah ilang. Dan sampe sekarang aku masih kesel sama guru itu. Huh, pengen ku remes-remes muka guru itu.
Aku juga pernah ke rumah si Panda. Sama temen-temen yang lain juga. Kita kerja kelompok. Rumahnya si Panda itu deket sekolahan. Gila, gede banget. Tapi gak seberapa kaget sih. Tahulah, orang Cina di negeri orang. Jempolan, harta melimpah. Yang punya rumah baik lagi jadi sungkan sendiri. Ada anjingnya. Sebenernya lucu. Cuma, entah kenapa aku takut kalo lihat anjing. Walaupun itu lucu. Aku pernah digigit anjing sampe demam selama beberapa hari. Gila. Digigit anjing sampe demam. Ya iyalah, anjingnya nyeremin. Item, kurus, plus garang. Apa itu nggak nyeremin?
Kita di sana sebenernya kerja kelompok. Tapi cokelat batangan yang kita dapat di kelas karena ulang tahun temen membuat kita tergoda. Kita menamakan cokelat itu, cokelat willy wonka. Tahu kenapa? Kita semua lihat film Charlie and The Chocolate Factory. Walau di rumah masing-masing. Kita semua ngiler sama cokelat yang ada tiket emas di dalamnya. #DasarNorax. Setelah itu, kita cuma cerita gak jelas tentang apapun.
Ada satu temen negur aku pas aku lihat-lihat barang yang ada di rumah Panda. Aku kan gak niat mencuri. Cuma lihat. Just look. Dan dia negur. Lalu pas aku beralih ke temen yang lain, dia lihat-lihat barang itu. Wtf. Aku tadi lihat gak boleh, giliran dia yang lihat gak ada yang negur. Untung dulu aku gak tahu kata-kata f**k you, bitch! Karena dulu aku anak yang bertingkah lugu, polos, dan diem.
Beruntung aku kenal si Panda yang masih anak baru. Aku jadi punya temen ngobrol. Waktu dia ditanya sama wali kelas, apakah dia sudah bisa berteman baik dengan anak kelas, dia ngangguk. Terus guru tanya lagi, siapa aja temenmu di sini yang udah kamu kenal. Dia bilang namaku beserta beberapa temen lain yang kukenal. Frisca disebut. Ya iyalah, kita kan sebangku pe'a.
Aku seperti, wow, aku dikenal anak baru. Baru kali itu, aku ngerasa berharga banget dikenal anak baru. Dulu waktu di kelas ada anak baru, selalu aja akujadi pilihan terakhir. Selalu aku yang jadi, "Dia siapa sih? Gak jelas banget."
Si Panda ini sebenernya saudara jauh dari temen sekelasku. Gak penting juga dibahas. Karena saudaranya dan Si Panda bertingkah kayak gak ada hubungan saudara sama sekali. Saudaranya bertingkah seolah, Yeah, I'm fabulous. So, go away from me. Dan akhirnya aku datang sebagai teman pertamanya di kelas baru. Atau lebih tepatnya, teman perempuan pertama untuknya di kelas baru.
Pas masuk ke SMP, kita berada di SMP yang sama namun tidak di kelas yang sama. Tapi kita masih bisa bertegur sapa dengan panggilannya kepadaku yang masih tetep sama. Ciplek.
Udah. Itu random things from my past yang masih nyangkut di otakku.
By the way, karena keberadaan dia, aku jadi suka senyum-senyum gila pas lihat Kungfu Panda nongol di televisi. Apalagi pas The Vamps nyanyi lagu Kungfu fighting. Tambah gila hidupku.
Oh iya, sebagai ganti lumba-lumba usang itu, aku punya kodok yang unyu beud. Namanya Devon dan Devia.
By the way, karena keberadaan dia, aku jadi suka senyum-senyum gila pas lihat Kungfu Panda nongol di televisi. Apalagi pas The Vamps nyanyi lagu Kungfu fighting. Tambah gila hidupku.
Oh iya, sebagai ganti lumba-lumba usang itu, aku punya kodok yang unyu beud. Namanya Devon dan Devia.
Friscamir
Komentar
Posting Komentar